Kabut
bulan menyeruak...
Warna sekatnya nya dingin...
Mengasingkan ku dalam kenangan...
Memaksa
ku akan rasa merindukan..
Sakitnya kau ada, kemudian tiada....
Dipojok ruangan seorang perempuan beriris biru secerah langit
musim panas duduk seorang diri, memandang keluar jendela membiarkan minuman
hangat didepannya dingin. Gestur tubuhnya lembut. Sesekali ia menggosokkan
kedua tangannya untuk mengusir hawa dingin yang mengerayapi tubuhnya dan
menghela nafas gelisah menatap jam dan kue tart didepannya berulang kali. Ia
menatap langit musim gugur dengan cahaya bulan menimpa kulit wajahnya yang
pucat. 5 musim gugur sudah berlalu. 3
musim gugur pula ia hadapi sendiri
“Tetsuna-san”, panggil seorang wanita yang menyentuh
pundaknya dengan lembut
……..
“Tetsuna-san”
……..
“Tetsuna”
Gadis itu menoleh saat suara berat itu memanggilnya. Wajahnya
seketika berubah gembira.Ia pun menghamburkan pelukan pada lelaki bersurai
merah itu
"Akashi kun!” pekiknya
“Tetsuna”, lelaki itu tersenyum sembari mengusap kepala
tetsuna lembut.
“Mou.. Akashi kun jarang sekali mengunjungi ku”Tetsuna
menggembungkan pipinya
“Gomen ne… aku sibuk sekali” Akashi terkekeh menatap tingkah
Tetsuna.
“Jangan pergi lagi ne?” Tetsuna menatap dalam pemilik manic
crimson dihadapnnya
“Maaf Tetsuna, …… ”, tatapan Akashi melembut sembari mengusap
puncak kepala Tetsuna.
“Wakatta”
“…………”
“Kemari lah Akashi kun”, Tetsuna menarik tangan Akashi menuju tempat ia semula
“…………”
“Selamat ulang tahun Akashi kun”, Tetsuna tersenyum manis
sambil mengangkat kue tart itu ke hadapan Akashi.
“Arigatou”
*******
Langit mulai menjingga, matahari siap untuk menerbitkan
malam. Seorang lelaki bermanik heterokrom masih sibuk berjongkok memegang
kamera, alisnya bertaut menandakan bahwa ia sangat berkonsentrasi dengan apa
yang ia lakukan . Ia sibuk membidik objek didepannya, sepasang burung bangau
yang sedang asyik bercanda-mungkin seperti itu untuk bahasa para burung bangau.
“sempurna”, Akashi bergumam menatap hasil jepretannya sendiri
dengan raut wajah sumringah.
Akashi Seijuuro. Seorang remaja berumur 16 tahun, berambut
merah, tinggi 173 cm, cerdas, tampan, dan kini seorang kapten Basket di sekolahnya-Rakuzan
Hish School. Hidup Akashi nyaris sempurna karena ia terlahir sebagai anak orang
yang berada. Ayahnya seorang pengusaha besar pemilik Akashi Grup-grup terbesar
di Kyoto. Walau nyaris sempurna, Akashi yang merupakan anak tunggal tetaplah
seorang remaja yang memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Namun,
karena Ibu Akashi-Akashi Seishina telah meninggal sejak ia berumur 8 tahun
jadilah ia hidup hanya bersama Ayahnya-Akashi Ryujuuro, dan pelayan-pelayan nya
di dalam penjara yang mewah itu. Ayahnya sering bepergian keluar kota dan ia
pun hanya membusuk di istana bersama butler-butler dan maid-maidnya. Untuk
menghilangkan kejenuhan, Akashi pun menggeluti hobi sampingannya selama 2 tahun
terakhir-Fotografi.Terkadang ia berpergian untuk sekedar mencari tempat-tempat
yang bagus untuk hunting. Bersyukurlah Akashi karena sang ayah tidak melarang
hobinya tersebut.Selama Akashi masih mau menerima pendidikan manajemen bisnis
yang Ayahnya berikan satu minggu sekali, ia aman.
Akashi kembali membidikkan kamera nya ke sekitar danau itu.
Lensa nya menangkap seorang gadis berambut sepundak yang sedang duduk dan
melukis. Terpaan angin yang mengenai rambut gadis itu serta rumput-rumput disekitar, ditambah cahaya
matahari senja yang lembut menjadi momen yang Akashi rasa cantik untuk ia
abadikan.Ia menatap lcd kameranya dan terlihat memperbesar hasil jepretannya. Ia
tersenyum tipis, tiba-tiba ia teringat akan wajah Ibunya.
“Doumo….”
Akashi merasa ada yang menyapanya. Namun ia tak melihat siapapun
didekatnya
“mungkin aku kelelahan”, gumam Akashi sambil memijat
tengkuknya sendiri
“Doumo”, suara itu lagi
Akashi menoleh
Di depannya… tak ada siapapun
Ke samping kanan…. tidak ada
Ke samping kiri…. Juga tidak ada
Ke belakang, nihil
Ke depan
“….” Akashi membelalakkan iris matanya-terkejut. Di
hadapannya tiba-tiba berdiri seorang gadis berambut biru sedang melipat
tangannya didepan dada dan menatapnya datar
“Kau siapa?”, Tanya Akashi
“Tidak baik memotret orang sembarangan”, ucap gadis itu
“Hei, aku ti…” sanggah Akashi
“tidak baik mengintip hidup orang”, gadis itu memotong ucapan
Akashi
“b-bukan be….”, Akashi mencoba membela diri
“Hapus atau kau akan terkena kutukan”, ucap gadis itu tidak
acuh pada pembelaan yang Akashi berusaha lontarkan. Kemudian ia meninggalkan
Akashi yang terpelongo.
“Hei berani nya kau mengabaikan ku!”, teriak Akashi.
Gadis itu terus berjalan tanpa memperdulikan Akashi dan
menghilang dibalik bukit.
“Tch…dasar orang aneh”, rutuk nya.
Akashi membereskan tas dan kamera nya. Matanya menangkap kain
putih yang terjatuh didekat tasnya.
“sapu tangan? Hm-mungkin kah milik gadis itu?”, Akashi
bergumam sendiri
Ia menemukan aksen bordiran berwarna biru yang terdapat di
belakang sapu tangan itu
“Ku-ro-ko tet-su-na”, ucap Akashi
"Kuroko...artinya hitam-hm? hitam itu suram, bayangan, menyebalkan,...." Akashi bergumam sendiri
“Sepertinya memang milik dia”, tanpa sadar Akashi terkekeh geli
(bersambung)