“Don't worry, even if you fall over! It's all right. You can just pick yourself up again! When you fall over, make the most of the chance to look up and see the sky.You will see the blue sky spreading endlessly above you and smiling down. Aya, you are alive!” - Aya Kito
“Kito Aya lahir di Toyoshashi pada Juli 1962. Pada umur 15 tahun ia
menderita penyakit bernama Spinocerebellar Ataxia yang menyerang bagian otak
kecil. Penyakit ini mengganggu keseimbangan tubuh dan secara perlahan membuat penderitanya
lumpuh, kesulitan berbicara, serta kesulitan menelan makanan. Meskipun Aya
mengetahui penyakit apa yang ia derita dan kemana takdir akan membawanya, ia
tetap melalui hari-harinya dengan penuh semangat layaknya orang normal. Semasa
hidupnya ia menulis berpuluh-puluh buku harian mengenai peristiwa-peristiwa
yang ia alami sampai ia menemui ajal pada umur 25 tahun.Kemudian goresan tangan
Aya tersebut diangkat menjadi sebuah film berjudul 1 Litre of Tears yang
menginspirasi semua orang. Bahkan sampai detik ini, kisah tersebut masih menggemuruh
di hati saya.”
“Hidup
itu berjuang”, demikian yang Ayah saya katakan. Pada dasarnya perjuangan hidup tidak luput
dari senang dan susah yang datang secara bergantian. Semakin ke depan, semakin
banyak juga cobaan yang datang pada kita. Seperti kisah dari negeri matahari
terbit (julukan untuk Jepang) di atas, mungkin kita tidak menyangka bahwa ada
kehidupan berat semacam itu di luar sana. Karena setiap orang diberi cobaan
hidup dengan tingkat kesulitan masing-masing. Entah itu masalah yang berkaitan
dengan keluarga, teman, sekolah, maupun dengan diri sendiri. Mungkin di luar
sana ada seorang ibu yang sakit hati dengan tabiat anaknya, penderita kanker
yang berada dalam stadium empat, pengusaha
yang bankrut, seorang guru yang kehabisan cara untuk menghadapi muridnya yang
malas belajar, perantau yang tidak memiliki pekerjaan tetap, atau mahasiswa akhir semester dengan skripsi yang
belum diterima.
Cobaan dalam hidup seringkali melunturkan
semangat kita. Apalagi cobaan yang berat dan tidak ada henti-hentinya,
kebanyakan membuat kita merasa bahwa dunia kita sudah menjadi reruntuhan. Putus
asa lalu tidak mau berjuang lagi. Terlebih yang membuat sakit hati bagi mereka
yang telah berusaha secara maksimal untuk kedua kali serta berdoa lalu tetap belum
mendapatkan hasil yang ia inginkan. Namun, salah bagi mereka jika menganggap
sesuatu yang gagal merupakan awal bagi kehancuran hidup. Kita tidak perlu
berlarut-larut meratapi hidup jika tidak berjalan dengan semestinya.
Sebenarnya jika kita menelaah dengan seksama ada
dua garis besar alasan mengapa hidup yang kita harapkan belum terwujud. Pertama
Tuhan ingin menguji kesabaran, tekad, ikhtiar,
dan mengetahui siapa yang benar-benar beriman kepada-Nya setelah mendapat
cobaan hidup. Kedua Tuhan tidak menginginkan ‘hidup yang demikian’ menjadi
milik kita dengan maksud tertentu. Misalnya Tuhan tidak pernah membuat Karin
mendapatkan juara di kelas meskipun ia mengalami jatuh bangun dalam belajar
serta mengejar nilai karena Tuhan tahu Karin memiliki tabiat yang mudah lupa
daratan jika memiliki hidup ‘di atas’.
Terlepas dari dua hal di atas, cobaan hidup merupakan proses untuk
menguatkan diri dan menjadikan kita manusia yang lebih tangguh asalkan
menjalaninya dengan sungguh-sungguh.
Terkadang saat berada dalam zona tidak nyaman
dalam hidup, kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil pada kita. Cara sederhana
untuk menghindari pola pikir tersebut dan ‘membesarkan hati’ kita adalah mengilas
balik anugerah apa yang telah kita dapatkan dalam hidup. Sayangnya, terkadang hal kecil seperti
leluasanya kita bernapas, bangun tidur dengan keadaan sehat, atau berjalan
dengan normal menjadi sesuatu yang terlupakan untuk kita syukuri. Bukankah Tuhan
Yang Maha Esa sudah memberikan anugerah yang luar biasa untuk kita? Selain itu,
kita juga harus benar-benar menanamkan dalam diri kita bahwa Yang Maha Kuasa
tidak akan memberikan cobaan di luar batas daya upaya umat-Nya dan menyadari
bahwa Tuhan lebih tahu mana yang terbaik untuk kita, maka kita lebih bisa
menghadapi segala rintangan hidup dengan lapang dada.
Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah
misteri yang tidak akan tercapai oleh nalar manusia karena Tuhan memiliki
maksud tersendiri untuk diri kita. Sebagai manusia kita hanya diperintahkan
untuk berusaha, berdoa, dan bertawakal. Toh
jika kita tetap merasa hidup tak lagi nyaman, ada sesuatu yang patut kita
syukuri. Sesuatu yang membuat kita masih bisa mengumpulkan kebaikan. Sesuatu
itu adalah hidup.
P.S : Saya juga pernah hidup dalam tekanan dan tuntutan. Harus ini harus itu. Coba dan gagal lagi. Tapi saya bisa melewatinya bahkan hingga detik dimana saya bisa menulis semua ini (kombinasi antara kegalauan pribadi juga tugas esai :P ) . Hidup ini indah loh, nikmati prosesnya. Cheers! :)