Minggu, 16 Februari 2014

Ketika Hidup Tak Lagi Nyaman

“Don't worry, even if you fall over! It's all right. You can just pick yourself up again! When you fall over, make the most of the chance to look up and see the sky.You will see the blue sky spreading endlessly above you and smiling down. Aya, you are alive!” - Aya Kito 


“Kito Aya lahir di Toyoshashi  pada Juli 1962. Pada umur 15 tahun ia menderita penyakit bernama Spinocerebellar Ataxia yang menyerang bagian otak kecil. Penyakit ini mengganggu keseimbangan tubuh dan secara perlahan membuat penderitanya lumpuh, kesulitan berbicara, serta kesulitan menelan makanan. Meskipun Aya mengetahui penyakit apa yang ia derita dan kemana takdir akan membawanya, ia tetap melalui hari-harinya dengan penuh semangat layaknya orang normal. Semasa hidupnya ia menulis berpuluh-puluh buku harian mengenai peristiwa-peristiwa yang ia alami sampai ia menemui ajal pada umur 25 tahun.Kemudian goresan tangan Aya tersebut diangkat menjadi sebuah film berjudul 1 Litre of Tears yang menginspirasi semua orang. Bahkan sampai detik ini, kisah tersebut masih menggemuruh di hati saya.”
 “Hidup itu berjuang”, demikian yang Ayah saya katakan.  Pada dasarnya perjuangan hidup tidak luput dari senang dan susah yang datang secara bergantian. Semakin ke depan, semakin banyak juga cobaan yang datang pada kita. Seperti kisah dari negeri matahari terbit (julukan untuk Jepang) di atas, mungkin kita tidak menyangka bahwa ada kehidupan berat semacam itu di luar sana. Karena setiap orang diberi cobaan hidup dengan tingkat kesulitan masing-masing. Entah itu masalah yang berkaitan dengan keluarga, teman, sekolah, maupun dengan diri sendiri. Mungkin di luar sana ada seorang ibu yang sakit hati dengan tabiat anaknya, penderita kanker yang berada dalam  stadium empat, pengusaha yang bankrut, seorang guru yang kehabisan cara untuk menghadapi muridnya yang malas belajar, perantau yang tidak memiliki pekerjaan tetap, atau  mahasiswa akhir semester dengan skripsi yang belum diterima.


Cobaan dalam hidup seringkali melunturkan semangat kita. Apalagi cobaan yang berat dan tidak ada henti-hentinya, kebanyakan membuat kita merasa bahwa dunia kita sudah menjadi reruntuhan. Putus asa lalu tidak mau berjuang lagi. Terlebih yang membuat sakit hati bagi mereka yang telah berusaha secara maksimal untuk kedua kali serta berdoa lalu tetap belum mendapatkan hasil yang ia inginkan. Namun, salah bagi mereka jika menganggap sesuatu yang gagal merupakan awal bagi kehancuran hidup. Kita tidak perlu berlarut-larut meratapi hidup jika tidak berjalan dengan semestinya.
 Sebenarnya jika kita menelaah dengan seksama ada dua garis besar alasan mengapa hidup yang kita harapkan belum terwujud. Pertama Tuhan ingin menguji kesabaran, tekad,  ikhtiar, dan mengetahui siapa yang benar-benar beriman kepada-Nya setelah mendapat cobaan hidup. Kedua Tuhan tidak menginginkan ‘hidup yang demikian’ menjadi milik kita dengan maksud tertentu. Misalnya Tuhan tidak pernah membuat Karin mendapatkan juara di kelas meskipun ia mengalami jatuh bangun dalam belajar serta mengejar nilai karena Tuhan tahu Karin memiliki tabiat yang mudah lupa daratan jika memiliki hidup ‘di atas’.  Terlepas dari dua hal di atas, cobaan hidup merupakan proses untuk menguatkan diri dan menjadikan kita manusia yang lebih tangguh asalkan menjalaninya dengan sungguh-sungguh.
Terkadang saat berada dalam zona tidak nyaman dalam hidup, kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil pada kita. Cara sederhana untuk menghindari pola pikir tersebut dan ‘membesarkan hati’ kita adalah mengilas balik anugerah apa yang telah kita dapatkan dalam hidup.  Sayangnya, terkadang hal kecil seperti leluasanya kita bernapas, bangun tidur dengan keadaan sehat, atau berjalan dengan normal menjadi sesuatu yang terlupakan untuk kita syukuri. Bukankah Tuhan Yang Maha Esa sudah memberikan anugerah yang luar biasa untuk kita? Selain itu, kita juga harus benar-benar menanamkan dalam diri kita bahwa Yang Maha Kuasa tidak akan memberikan cobaan di luar batas daya upaya umat-Nya dan menyadari bahwa Tuhan lebih tahu mana yang terbaik untuk kita, maka kita lebih bisa menghadapi segala rintangan hidup dengan lapang dada.
Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah misteri yang tidak akan tercapai oleh nalar manusia karena Tuhan memiliki maksud tersendiri untuk diri kita. Sebagai manusia kita hanya diperintahkan untuk berusaha, berdoa, dan bertawakal. Toh jika kita tetap merasa hidup tak lagi nyaman, ada sesuatu yang patut kita syukuri. Sesuatu yang membuat kita masih bisa mengumpulkan kebaikan. Sesuatu itu adalah hidup.


P.S : Saya juga pernah hidup dalam tekanan dan tuntutan. Harus ini harus itu. Coba dan gagal lagi. Tapi saya bisa melewatinya bahkan hingga detik dimana saya bisa menulis semua ini (kombinasi antara kegalauan pribadi juga tugas esai :P ) . Hidup ini indah loh, nikmati prosesnya. Cheers! :)